Kamis, 14 April 2011

Mencintai Ilmu

Kun ‘aliman, au muta’aliman, au mustami’an au muhibban, wa la takun khamisan. Jadilah orang yang berilmu, atau penuntut ilmu, pendengar ilmu atau pecinta ilmu dan jangan jadi orang yang kelima. (Al Hadis)

Orang kelima yang dimaksud dalam hadis ini adalah bukan orang berilmu, bukan penuntut ilmu, orang yang malas mendengarkan kajian yang membahas ilmu dan yang tidak suka terhadap ilmu. Dan kita dilarang menjadi orang kelima ini. Sungguh kerugianlah sebenarnya yang akan didapat oleh orang kelima ini.

Ilmu pengetahuan harus diambil sebanyak-banyaknya. Tak peduli siapa yang memegang dan dari mana asal si pemegang. Tak peduli di mana tempat ilmu tersebut, kita disuruh untuk mengambilnya. Rasulullah pernah mengatakan bahwa hikmah (ilmu) itu adalah milik orang Islam, ambillah di mana pun tempatnya. Bahkan, walau pun di negeri China. Kewajiban ini juga tidak dibatasi oleh usia. Titik mulainya kewajiban menuntut ilmu itu mulai dari buaian, sejak bayi lahir, sampai liang lahat, sampai si bayi tersebut menutup lembar hidupnya, dimasukkan ke liang lahat, tempat peristirahatannya yang terakhir.

Mengenai tidak perlunya memilah kepada siapa kita menuntut ilmu dapat kita lihat contoh pada Imam Syafii, salah seorang imam mazhab di dalam riwayat hidupnya menjelaskan bahwa salah seorang gurunya beragama Yahudi (sewaktu beliau tidak mengetahui ciri anjing baligh). Hal ini berarti bahwa memang yang terpenting adalah ilmunya.

Sebuah Hadis lain menjelaskan mengenai pentingnya ilmu mengatakan: Barang siapa menginginkan (kebahagiaan, keberhasilan) dunia, maka itu didapatkan dengan ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat, maka itu didapatkan dengan ilmu Barang siapa menginginkan keduanya, maka itu pun dengan ilmu. Jadi sangat rugilah bila kita membiarkan anak-anak kita, saudara-saudara kita, tetangga dan masyarakat di sekeliling kita atau bahkan diri kita sendiri tidak mendapatkan akses yang banyak untuk memperoleh ilmu ini. Masih banyak tetangga dan masyarakat di sekeliling kita yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih luas. Ini merupakan ladang investasi untuk menyiapkan generasi yang lebih baik. Kalau bukan generasi sekarang yang mempersiapkan, maka bersiaplah karena generasi yang akan terbentuk adalah generasi keblinger, rapuh tanpa pegangan.

Sekali lagi mari kita mencintai ilmu, kita berikan kesempatan seluas-luasnya untuk meraih ilmu kepada diri kita dan orang lain di sekeliling kita.

Sumber : Renungan-Renungan Harian oleh Ishak