Senin, 20 Februari 2012

Mahasuci Alloh, Yang Telah Membuat Jantung Berdetak

Apa jadinya bila jantung tidak lagi berdetak normal seperti biasanya? Bagaimana bila jantung mulai rewel dalam bekerja menunaikan titah Tuhan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh kita? Pernahkah terpikirkan jantung yang mula-mula rutin memompa kemudian secara mendadak, tanpa tanda apa-apa, berhenti melaksanakan tugasnya? Tak terbayang bagaimana rasanya, atau malah saat itu kita sudah tak lagi merasakan apa-apa?

Bekerja di ruang penyakit jantung memang ada-ada saja ceritanya. Sering aku temui pasien-pasien kritis dengan berbagai macam rupa, karena memang dari segi medis sudah kecil harapan hidupnya, maka bila akhirnya meninggal sudah merupakan hal yang biasa. Tapi lain soal bila pasien yang semula sudah segar fisiknya, bisa duduk-duduk, mengobrol dengan keluarga atau pasien yang ada di sebelahnya, malah tanpa aba-aba, sekonyong-konyong, ujug-ujug, henti jantung begitu saja.

Ada juga yang aneh-aneh penyebabnya, ada yang karena tersedak saat makan, karena bersin lalu mendadak tidak sadar, kelelahan karena habis ke kamar mandi, sampai-sampai ada juga pasien yang sedang tidur pulas, lantas karena mimpi buruk, lalu bablas. Dan bekerja di lingkungan seperti ini memang butuh pengawasan ekstra. Pasien harus benar-benar terpantau aktivitasnya. Tindakan cepat dan tanggap juga mutlak diperlukan segera.

Sudden death. Ini istilah kerennya. Dan pasien-pasien dengan penyakit jantung sering kedapatan menjadi langganannya. Pernah suatu ketika, ada pasien yang oleh dokter sudah layak untuk dipulangkan. Dari fisiknya pasien sudah seperti orang sehat saja. Bisa makan sendiri, duduk santai, dan berbincang-bincang dengan orang lain. Namun saat sedang tidur, pasien tiba-tiba berteriak, tersentak kaget, persis seperti orang yang baru saja mimpi buruk. Dan sejurus kemudian berhenti napasnya, berhenti detak jantungnya. Keluarga yang tahu kondisi tersebut segera melapor kepada kami yang jadi perawat jaga, dan tak berselang lama bantuan hidup dasar segera diberikan. Alhamdulillah pertolongan berhasil, pasien ingat kembali bagaimana caranya bernapas, selamat.

Itu ceritaku di rumah sakit. Tampak sederhana bukan? Dan hampir tidak bisa dipercaya, masak orang tidur bisa mati mendadak? Namun bagaimanapun juga beginilah realitanya. Hampir tiap kali dinas, selalu ada saja 'sensasi keterkejutan' yang kuterima dalam bekerja. Pasien yang semula tenang mendadak jadi kritis. Dan soal perawatan jenazah, mungkin dari sekian banyak bangsal di rumah sakit ini, ruanganku bisa jadi pemecah rekornya (mengingat bangsal ini juga menampung pasien syaraf yang kebanyakan sudah dalam kondisi koma, dan penyakit kritis lain yang sebetulnya masih memerlukan pemantauan tapi karena kecil harapan hidupnya, sehingga tak layak masuk ruang perawatan intensif/ICU).

Namun kembali lagi, kalau yang meninggal itu sudah dalam kondisi kritis, secara nalar ini masih 'bisa diterima'. Tapi bila yang meninggal mendadak justru pasien yang sudah dinyatakan sehat, akan jadi lain masalahnya. Kita tentunya juga masih ingat tentang kematian mendadak yang dialami beberapa orang terkenal di negeri ini. Bahkan ada yang meninggal justru saat sedang melakukan aktivitas yang menyehatkan, seperti olah raga. Tapi apa mau dikata, serangan jantung tak bisa diajak janjian kapan datangnya, sehingga mereka pun tak terselamatkan nyawanya.

Dan di luar kuasa pikiran dan nalar kita dalam memahami kematian mendadak ini, tentu kita juga wajib menyadari bahwa ada Yang Lebih Berkuasa dalam segala urusan. Seyogyanya kita harus menerima bahwa hidup dan mati sudah dijadwalkan dengan rapi oleh Alloh Subhanahu wa ta'ala. Dia yang sudah punya agenda buat kita, mau mati kapan, dimana, dan dalam keadaan apa. Tak peduli dalam kondisi apapun. Saat kita sedang makan, tidur, duduk, berbaring, berkendara, bekerja, bersantai, membaca, main game, update status, atau sedang menulis blog sekalipun. Bila waktunya tiba maka tak ada lagi penundaan dan tawar menawar. Malaikat Izroil tak pernah segan-segan dalam menjalankan amanat dari Tuhannya.

Ini hanya secuil kisah tentang betapa vitalnya organ yang namanya jantung. Perasaan nyeri dada sebelah kiri, sesak nafas, tak toleran terhadap aktivitas sedang sampai ringan bisa jadi sebuah pertanda. Ritme detaknya melambat atau semakin cepat di luar batas normal, sudah harus jadi kewaspadaan. Apalagi kalau sudah tak teratur iramanya, tak sama jedanya dari satu detak ke detak berikutnya. Perlu dilakukan perekaman jantung untuk dapat diketahui sebab musababnya, sehingga penanganan dini bisa segera diberikan.

Kita sudah tahu bahayanya. Kita juga tentunya sudah lebih dari yang namanya faham soal pencegahan penyakit jantung. Tidak ada penanggulangan yang lebih baik untuk mencegah penyakit dan serangan jantung, di samping gaya hidup sehat (seperti sering bangun lebih pagi, tidak sering tidur terlalu larut malam, dan menghindari rokok dan minuman beralkohol), pola makanan yang sehat (memperbanyak makan makanan berserat dan bersayur, serta tidak terlalu banyak makan makanan berlemak dan berkolesterol tinggi), dan olah raga yang teratur.

Tapi yang jadi pertanyaan, bagaimana penerapannya dalam kehidupan kita? Masihkah kita berpikir 'mumpung masih muda', 'mumpung bisa makan enak', dan 'mumpung-mumpung' lainnya?

Jangan pernah mengira pemikiran 'mumpung-mumpung' ini tak akan ada balasannya. Sejatinya kita hidup di dunia telah diembani amanah. Dan jantung adalah salah satu amanah yang diberikan oleh-Nya. Kita ditugaskan untuk menjaga kesehatan tubuh sebaik-baiknya agar dapat digunakan untuk beribadah dengan seoptimal mungkin. Bila kita menyepelekan, apa bukan dzolim namanya?

Alloh telah punya Kuasa mengatur detak jantung kita. Mengatur kekuatan pompa dan iramanya sehingga kita bisa beraktivitas dengan leluasa. Dia juga yang punya Kehendak mengatur kapan saatnya jantung ini berhenti menunaikan tugasnya. Tak perlu konfirmasi dulu pada kita. Tak perlu menunggu kita siap. Kapan saja, dimana saja.

Mahasuci Alloh, Yang Telah Membuat Jantung Berdetak. Semoga nanti saat Dia putuskan menghentikan detakan itu, kita telah punya cukup bekal untuk kembali menghadap-Nya.


Kamar Kost, 20 Feb 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar